Liganumumnya berada dalam bentuk molekul (misalnya: NH 3, CO, H 2 O) atau ion yang ditemukan dalam padatan ion (misalnya Cl-, NO 2-), namun dalam beberapa hal yang dikenal dimana ligan adalah tidak stabil walaupun terikat pada atom pusat dalam suatu kompleks (misalnya: siklobutadiena C 4 H 4).
Yuk, pelajari konsep dasar reaksi redoks reduksi-oksidasi berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen, perpindahan transfer elektron, dan perubahan bilangan oksidasi biloks dengan membaca artikel berikut! — Di kehidupan sehari-hari, kita banyak menemukan fenomena-fenomena yang melibatkan reaksi kimia. Misalnya, proses fotosintesis pada tumbuhan, pengkaratan besi, pembakaran kertas dan logam, proses respirasi yang terjadi pada tubuh kita, dan masih banyak lagi. Itu semua nggak terlepas dari yang namanya reaksi kimia. Nah, kali ini, kita akan membahas tentang salah satu jenis reaksi kimia, yaitu reaksi redoks reduksi-oksidasi. Mulai dari konsep reaksi redoks berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen, perpindahan transfer elektron, dan perubahan bilangan oksidasi biloks. Apa Itu Reaksi Redoks? Sesuai dengan namanya ya, reaksi redoks terdiri dari reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen, reaksi reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen, sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen. Konsep Reaksi Redoks yang Melibatkan Oksigen Coba deh kamu perhatikan persamaan reaksi penguraian oksida raksa pada gambar di atas. Di ruas sebelah kiri reaksi, terdapat senyawa oksida raksa, yaitu HgO. Sementara itu, di ruas sebelah kanan reaksi terdapat unsur Hg dan gas oksigen O2. Itu berarti, terjadi perubahan dari HgO menjadi Hg. Nah, gas oksigen O2 di ruas sebelah kanan menandakan terjadinya pelepasan oksigen. Karena ada pelepasan oksigen, maka reaksi ini merupakan reaksi reduksi. Sekarang, coba perhatikan persamaan reaksi pembentukan tembaga oksida. Di ruas sebelah kiri reaksi, terdapat unsur Cu dan gas oksigen O2. Sementara itu, di ruas sebelah kanan reaksi terdapat senyawa tembaga oksida CuO. Artinya, unsur Cu akan mengikat oksigen dan berubah menjadi tembaga oksida CuO. Nah, karena ada pengikatan oksigen, maka reaksi ini merupakan reaksi oksidasi. Gampangnya sih, kalau dilihat dari persamaan reaksi kimianya, pada reaksi reduksi, gas oksigen O2 akan berada di ruas sebelah kanan, sebagai produk. Sedangkan, pada reaksi oksidasi, gas oksigen O2 akan berada di ruas sebelah kiri, sebagai reaktan. Gimana, paham, ya? Sekarang kita lanjut ke konsep reaksi redoks berikutnya. Konsep Reaksi Redoks berdasarkan Perpindahan Elektron Berdasarkan perpindahan transfer elektron, reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron, sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron. Bisa kamu perhatikan gambar di atas ya, pada reaksi reduksi, elektronnya berada di ruas sebelah kiri reaksi, sebagai reaktan. Sementara itu, pada reaksi oksidasi, elektronnya berada di ruas sebelah kanan reaksi, sebagai produk. Konsep reaksi redoks yang melibatkan perpindahan elektron ini hanya bisa terjadi pada senyawa ionik aja, sedangkan senyawa kovalen tidak. Oleh karena itu, muncul konsep redoks yang ketiga, yaitu berdasarkan perubahan bilangan oksidasi biloks. Konsep Reaksi Redoks berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi Hayoo, masih ingat nggak nih dengan bilangan oksidasi biloks. Bilangan oksidasi adalah muatan positif dan negatif pada suatu atom. Unsur yang biloksnya positif, biasanya merupakan atom-atom unsur logam, seperti Na, Fe, Mg, Ca, dan unsur logam lainnya. Sementara itu, unsur yang biloksnya negatif, biasanya atom-atom unsur nonlogam, seperti O, Cl, F, dan unsur nonlogam lainnya. Berdasarkan konsep perubahan bilangan oksidasi, reaksi reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan bilangan oksidasi, sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Untuk menentukan reaksi redoks berdasarkan bilangan oksidasi, kamu harus tahu terlebih dulu bagaimana cara menentukan bilangan oksidasi. Materi itu sebenarnya sudah dibahas di artikel Cara Menentukan Bilangan Oksidasi Beserta Contohnya, nih. Jadi, bisa kamu baca dan pahami kembali supaya kamu jadi lebih mudah memahami konsep yang satu ini. Nah, setelah tahu konsep biloks, coba kita tentukan apakah reaksi di bawah ini reaksi redoks atau bukan. Tapi, kita hitung biloks masing-masing unsur yang ada pada reaksinya dulu, ya! Reaksi CuOs + H2g ——> Cus + H2Og CuO ——> Cu Ingat aturan penentuan nilai bilangan oksidasi biloks, ya. Dalam senyawa, biloks oksigen O itu umumnya bernilai -2, kecuali jika oksigen berada dalam senyawa peroksida H2O2, maka nilainya -1. Kemudian, karena CuO ini senyawa netral, maka biloks total C dan O dalam senyawa ini adalah nol. Nah, karena biloks O = -2, maka agar total biloks CuO = 0, biloks Cu harus bernilai +2. Sementara itu, Cu merupakan unsur bebas, maka biloksnya bernilai 0. Jadi, Cu mengalami penurunan biloks dari +2 ke 0, maka Cu mengalami reaksi reduksi. CuO ——> Cu reaksi reduksi. H2 ——> H2O H2 merupakan unsur bebas, jadi biloks H2 = 0. Sementara itu, biloks H pada senyawa H2O bernilai +1. Jadi, unsur H mengalami kenaikan biloks dari 0 ke +1, sehingga mengalami reaksi oksidasi. H2 ——> H2O reaksi oksidasi Paham ya dengan penentuan reaksi redoks berdasarkan bilangan oksidasi. Dalam hal ini, kamu memang perlu paham betul dengan aturan-aturan penentuan bilangan oksidasi. Nah, karena aturannya cukup banyak, kamu bisa mengatasinya dengan banyak berlatih soal-soal. Supaya kamu bisa benar-benar paham dan nggak hanya sebatas menghafal aja. — Wait, istirahat dulu sebentar yuk. Masih ada yang bikin kamu nggak paham? Tenang, ada fitur Adapto di ruangbelajar yang akan membantu kamu. Video belajar adaptif di Adapto bisa menyesuaikan dengan kecepatan belajar dan pemahaman kamu, lho! Oke, kita lanjut ya bahasannya! Pada reaksi redoks, terdapat unsur-unsur yang bertindak sebagai reduktor dan oksidator. Zat yang mengalami oksidasi itu disebut reduktor, sedangkan zat yang mengalami reduksi disebut oksidator. Coba perhatikan contoh berikut ini, ya! Reaksi Mgs + 2HCl ——> MgCl2aq + H2g Karena Mg merupakan unsur bebas, jadi biloks Mg = 0. Kemudian, biloks H pada senyawa 2HCl bernilai +1 karena unsur H berikatan dengan unsur lain dan H merupakan golongan IA. Selanjutnya, karena H = +1, berarti Cl = -1 agar total biloks 2HCl = 0. Di ruas sebelah kanan, biloks Mg pada senyawa MgCl adalah +2 karena Mg berikatan dan merupakan unsur golongan IIA. Karena Cl memiliki indeks 2, maka biloks Cl = -1, agar total biloks MgCl2 = 0. Kemudian, karena H2 merupakan unsur bebas, maka biloksnya bernilai 0. Unsur Mg mengalami kenaikan biloks dari 0 ke +2, sehingga mengalami reaksi oksidasi. Jadi, unsur Mg disebut sebagai reduktor. Sementara itu, unsur H mengalami penurunan biloks dari +1 ke 0, sehingga mengalami reaksi reduksi. Jadi, HCl disebut sebagai oksidator. Gimana, paham dengan penyelesaian contoh soal di atas? Di bawah ini ada beberapa latihan soal yang bisa kamu kerjakan, nih. Dicoba, ya! Itung-itung buat nambah kemampuan kamu. Hihihi… Oke, itu tadi pembahasan mengenai konsep reaksi redoks berdasarkan bilangan oksidasi. Nah, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, konsep reaksi redoks ini ada yang melibatkan pelepasan dan pengikatan oksigen, pelepasan dan pengikatan elektron, serta kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi, ya. Tentunya, kamu bisa pahami materi ini lebih lengkap dan dalam lagi di aplikasi ruangbelajar. Memahami pelajaran lebih mudah bersama kakak-kakak Master Teacher yang asik dan berpengalaman! Referensi Sudarmo, U. 2007. Kimia untuk Kelas X. Jakarta Phibeta. Chang, R. 2013. Kimia Dasar. Edisi ke-3. Jakarta Erlangga. Artikel ini telah diperbarui pada 25 Maret 2022.
Jawaban 2 mempertanyakan: 1. reaksi dimana suatu zat mengalami reduksi dan juga oksidasi 2. zat yg menarik oksigen pada reaksi reduksi 3. zat yg mengalami reduksi 4. zat yg mengoksidasi zat lain dalam reaksi redoks 5. bilangan oksidasi unsur fe dalam fe2o3 6. reaksi dimana terjadi reduksi dan oksidasi (penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi)
Ilustrasi Aturan Bilangan Oksidasi. Sumber Pexels/Martin LopezDalam ilmu kimia, terdapat konsep penting yang berkaitan dengan perhitungan muatan atom atau ion dalam suatu senyawa, yaitu bilangan oksidasi. Memahami pengertian dan aturan bilangan oksidasi adalah langkah penting bagi para ilmuwan dan mahasiswa dalam memahami sifat-sifat senyawa dan reaksi kimia yang terjadi. Bilangan oksidasi merupakan angka yang menunjukkan seberapa banyak elektron yang telah ditransfer oleh suatu unsur dalam ikatan kimia. Penjelasan lebih rincinya bisa dibaca pada bagian Bilangan OksidasiIlustrasi Aturan Bilangan Oksidasi. Sumber Pexels/Polina TankilevitchMengutip dari buku Bilangan Oksidasi Memahami Perubahan Elektron dalam Kimia karya Michael Smith, dalam dunia kimia, bilangan oksidasi memainkan peran kunci dalam menentukan sifat-sifat senyawa dan mekanisme reaksi. Oleh karena itu, ada aturan bilangan oksidasi yang perlu oksidasi muncul karena atom atau ion dapat kehilangan atau mendapatkan elektron saat membentuk ikatan kimia. Bilangan oksidasi dapat berupa bilangan bulat positif atau negatif, atau bahkan nol untuk atom dalam keadaan bilangan oksidasi yang penting diketahui adalah sebagai bebas memiliki bilangan oksidasi nol. Contohnya, atom hidrogen H2 memiliki bilangan oksidasi oksidasi untuk ion monoatomik sama dengan muatan ion tersebut. Misalnya, ion natrium Na+ memiliki bilangan oksidasi +1, sedangkan ion klorida Cl- memiliki bilangan oksidasi oksidasi oksigen O dalam senyawa umumnya -2, kecuali dalam peroksida misalnya H2O2, di mana bilangan oksidasi oksigen adalah oksidasi hidrogen H dalam senyawa umumnya +1, kecuali dalam logam hidrida misalnya LiH di mana bilangan oksidasi hidrogen adalah bilangan oksidasi dalam suatu senyawa netral harus sama dengan tentang bilangan oksidasi penting dalam pemahaman sifat-sifat senyawa dan reaksi kimia. Dengan mengetahui bilangan oksidasi, seseorang dapat memprediksi bagaimana suatu senyawa akan berinteraksi dengan senyawa lain, memahami mekanisme reaksi redoks, dan bahkan melakukan perhitungan kuantitatif dalam kimia dan aturan bilangan oksidasi merupakan konsep yang penting dalam ilmu kimia. Dengan memahami konsep ini, maka dapat menganalisis dan menginterpretasi senyawa-senyawa yang kompleks, serta memprediksi hasil reaksi kimia yang terjadi. Selain itu, pemahaman tentang bilangan oksidasi juga sangat berguna dalam perhitungan stoikiometri dan dalam menentukan efisiensi suatu mengetahui bilangan oksidasi, seseorang dapat mengenali zat yang mengalami oksidasi kehilangan elektron dan reduksi penerimaan elektron. ARR Zatyang atom unsurnya mengalami oksidasi disebut reduktor, sedangkan zat yang atom unsurnya mengalami reduksi disebut oksidator. Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi Reduktor adalah zat yang mengalami oksidasi Contoh Reaksi pengambilan biji besi dari oksidanya ditunjukkan oleh reaksi berikut Fe2O3 + 3CO ? 2Fe + 3CO2 a. Atom Cl pada reaksi pertama tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi biloks karena biloks Cl pada HCl dan adalah 1. Atom Cl pada reaksi kedua tidak mengalami perubahan biloks karena biloks Cl pada , , dan adalah 1. Atom Cl pada reaksi ketiga mengalami kenaikan biloks, yaitu dari 1 menjadi 0 sehingga mengalami reaksi oksidasi. Atom Cl pada reaksi keempat mengalami penurunan bilangan oksidasi dari 0 menjadi 1 sehingga mengalami reaksi reduksi. Dengan demikian, atom klor yang mengalami reduksi terdapat pada reaksi nomor 4. Jadi, jawaban yang benar adalah D. B zat padat itu terurai menjadi atom dalam air C. zat padat itu terurai menjadi molekulnya dalam air Peristiwa sehari-hari berikut ini yang tidak mengalami reaksi redoks adalah . A. Perkaratan logam B. Pengolahan air limbah Aplikasi yang didalamnya terdapat reaksi oksidasi reduksi adalah . A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 4 D. 2
Dalamreaksi ini, oksigen mengalami reduksi dan zat lainnya mengalami oksidasi. Oleh karena itu, pada dasarnya reaksi oksidasi adalah menambahkan oksigen ke zat lain. Sebagai contoh, dalam reaksi berikut, hidrogen mengalami oksidasi dan, oleh karena itu, atom oksigen ditambahkan ke hidrogen membentuk air. 2H 2 + O 2-> 2H 2 O

redoks yang dapat dikatakan oksidator adalah zat yang mengalami reaksi reduksi dan menyebabkan zat lain mengalami reaksi oksidasi [34]. Reaksi oksidasi adalah suatu reaksi yang terjadi pada suatu ion yang kehilangan satu atau lebih elektron [33]. Secara umum reaksi redoks dapat dituliskan seperti pada reaksi 2.1 [36]. Ared + Boks Aoks + Bred

BiloksCl dalam CuCl 2 adalah -1; Reduktor : Zat yang mengalami oksidasi adalah H2. Dikarenakan terjadi kenaikan bilangan oksidasi H. Dalam H2 sebagai usnur bebas biloks H2 adalah 0 menjadi +2 dalam H2O Oksidator : Zat yang mengalam reduksi adalah PbO. dikarenakan terjadi penurunan biloks, dimana biloks Pb pada aalnya didalam PbO adalah
N7fr3I.
  • mi9pely0tk.pages.dev/46
  • mi9pely0tk.pages.dev/365
  • mi9pely0tk.pages.dev/244
  • mi9pely0tk.pages.dev/370
  • mi9pely0tk.pages.dev/79
  • mi9pely0tk.pages.dev/128
  • mi9pely0tk.pages.dev/382
  • mi9pely0tk.pages.dev/131
  • mi9pely0tk.pages.dev/133
  • atom cl dalam zat berikut yang mengalami reduksi adalah